Header Ads Widget

Asisten Sosial Sitirejo Hadir :

Ticker

6/recent/ticker-posts

Kisah Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Asisten Sosial Sitirejo "Isro' dan Mi'roj" Rosululloh SAW


ASISTEN SOSIAL SITIREJO - Kisah Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW – Beberapa bulan sebelumnya, seluruh umat Islam memperingati Isra’ Mi’raj yaitu tepat pada tanggal 27 Rajab.

Tahukah kamu bagaimana kisah dalam peristiwa Isra’ Mi’raj?

Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian Isra’ Mi’raj hingga kisah dari peristiwa Isra’ Mi’raj. Simak terus ya.

Pengertian Isra’ Mi’raj

Isra’ berasal dari bahasa Arab yaitu asra yang artinya yaitu melakukan perjalanan pada malam hari. Sedangkan menurut istilah, Isra’ berarti perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. ditemani oleh Malaikat Jibril dari Mekkah menuju Baitul Maqdis.

Hal ini tercantum pada salah satu ayat Al Quran pada surat Al ISra’ ayat 1, Allah SWT. berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda – tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Isra ayat 1)

arti kata Mi’raj berdasarkan bahasa yaitu suatu alat yang digunakan untuk naik. Mi’raj sendiri berarti suatu alat yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. untuk naik dari bumi ke atas langit.

Sehingga Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. pada malam hari menggunakan suatu alat atau kendaraan dari bumi ke langit.

Kisah Peristiwa Isra’ Mi’raj

Isra’ Mi’raj merupakan suatu peristiwa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha pada malam hari.Masjidil Aqsha disebut juga dengan Baitul Maqdis.

Perjalanan Nabi Muhammad SAW. dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dilakukan hanya dalam waktu semalam.

Ketika Nabi Muhammad SAW. melakukan perjalanan ini, Nabi Muhammad SAW. ditemani oleh Malaikat JIbril. Nabi Muhammad SAW. melakukan perjalanan ini menunggangi Buraq. Buraq merupakan kendaraan yang super cepat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa:

“Didatangkan kepadaku Buraq yaitu hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, dia meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya (maksudnya langkahnya sejauh pandangannya). Maka Aku pun menungganginya sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat yang digunakan untuk mengikat tunggangan para Nabi.” (HR. Imam Muslim)

Perjalanan ini dilakukan karena Malaikat Jibril ingin menghibur Nabi Muhammad SAW. yang sedang bersedih.

Sebelum perjalanan ini dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berduka, masa – masa yang begitu sedih. Di saat Beliau kehilangan istri beliau yaitu Khadijah. Beliau juga kehilangan paman yang dicintainya yaitu Abu Thalib.

Nabi Muhammad SAW. beserta Malaikat Jibril pergi ke langit hingga langit ke tujuh atau disebut dengan Sidratul Muntaha. Pada saat inilah Nabi Muhammad SAW. mendapatkan perintah untuk melaksanakan sholat wajib lima waktu.

Awal mula Allah SWT memerintahkan sholat wajib lebih dari lima waktu hingga terjadilah proses menawar hingga akhirnya permintaan Nabi Muhammad SAW. berakhir pada sholat lima waktu dalam sehari semalam.

فَالْتَفَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى جِبْرِيلَ كَأَنَّهُ يَسْتَشِيرُهُ فِي ذَلِكَ، فَأَشَارَ إِلَيْهِ جِبْرِيلُ: أَنْ نَعَمْ إِنْ شِئْتَ، فَعَلاَ بِهِ إِلَى الجَبَّارِ، فَقَالَ وَهُوَ مَكَانَهُ: يَا رَبِّ خَفِّفْ عَنَّا فَإِنَّ أُمَّتِي لاَ تَسْتَطِيعُ هَذَا

Artinya: “Kemudian Nabi menoleh ke arah Jibril seakan bermusyawarah tentang hal itu. Kemudian Jibril mengisyaratkan pada beliau: “Ya, bila Anda menghendaki (permohonan untuk dikurangi).” Kemudian Nabi naik pada Tuhan sedangkan ia di tempatnya dan berkata: Ya Tuhan, ringankanlah dari kami. Sesungguhnya umatku tak mampu melakukan ini.” (HR. Bukhari)

Isra’ Mi’raj terjadi tepat pada tanggal 27 Rajab pada hari Senin. Perjalanan ini dilakukan dalam waktu satu malam.

Ketika perjalanan Nabi Muhammad SAW. sebelum sampai di Sidratul Muntaha Nabi Muhammad SAW. bertemu dengan nabi – nabi pendahulunya.

Perjalanan ini dilakukan di Mekkah sebelum Nabi Muhammad SAW. melakukan hijrah ke Madinah. Nabi Muhammad SAW. melakukan Isra’ terlebih dahulu. Maksudnya yaitu Nabi Muhammad SAW. melakukan perjalanan dari kota Mekkah ke Madinah. Setelah itu dilanjutkan dengan Mi’raj, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. menuju langit ke tujuh.

Perjalanan Isra’ dan Mi’raj ini tercantum dalam sebuah surat dalam Al Quran, Allah SWT. berfirman:

وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى. مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى. وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى. عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى. ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى. وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَى. ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى. فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى. فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى. مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى. أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى. وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى. عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى. عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى. إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى. مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى. لَقَدْ رَأَى مِنْ ءَايَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

Artinya: “Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidak adalah yang diucapkannya itu (Al Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain (Al Quran itu) hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas, dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa). Sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat (pada Muhammad), lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad) jaraknya (sekitar) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekkah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya itu? Dan sesungguhnya Dia (Muhammad) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian dari tanda – tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An Najm ayat 1-18)

Demikianlah penjelasan mengenai kisah dari peristiwa Isra’ Mi’raj. Semoga artikel menambah wawasan kita dan dapat menjadikan kita lebih bertakwa kepada Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW. Terima kasih.

Artikel ini dilangsir dari https://berdoa.co.id/isra-miraj/

Editor : Asisten Sosial Sitirejo

Posting Komentar

0 Komentar