Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam Kitab al-Hikam nomor hikmat ke-7, berkata:
"Janganlah engkau sampai meragukan janji Allah – karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, meskipun (kau kira) telah tentu (tiba) masanya – agar tidak menyalahi pandangan mata hatimu, atau memadamkan cahaya (nur) hatimu (sir-mu)."
Manusia sebagai hamba tidak mengetahui bila Allah akan menurunkan karunia rahmat-Nya, sehingga manusia jika melihat tanda-tanda, dia mengira mungkin telah tiba saatnya, padahal bagi Allah itu belum memenuhi semua syarat yang dikehendaki-Nya, maka bila tidak terjadi apa yang telah dikira-kira itu, hendaknya dia tidak ragu terhadap kebenaran janji Allah.
Sebagaimana yang terjadi dalam Sulhul-Hudaibiyah, ketika Rasulullah saw menceritakan mimpinya kepada para sahabat, mereka mengira bahwa pada tahun itu mereka akan dapat masuk Makkah dan melaksanakan ibadah umroh dengan aman sejahtera.
(Yaitu mimpi Nabi saw yang disebut dalam surat al-Fath ayat 27:
لَقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ ۖ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ ۖ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَٰلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.)
Sehingga ketika umroh tersebut batal karena ditolak oleh Kaum Quraisy dan terjadi penandatanganan perjanjian Sulhul-Hudaibiyah, yang oleh Umar dan sahabat-sahabat lainnya dianggap sangat mengecewakan, maka ketika Umar ra mengajukan beberapa pertanyaan, Nabi saw menjawab, “Aku hamba Allah dan utusan-Nya, dan Allah tidak akan mengabaikanku.”
Allah berfirman:
حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
(Dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS al-Baqarah [2]: 214).
EDITOR/Sosial-Sitirejo/Foto ilustrasi: Lukisan karya Georg Emanuel Opiz
0 Komentar
Jika artikel ini bermanfaat silahkan share di media sosial kalian, dan berkomentarlah dengan komentar yang sopan, terimakasih